Minggu, 10 Agustus 2014

215 Kata Perenungan

1. Sinar matahari sangat terang, budi orang tua sangat
besar, orang berbudi berlapang dada dan orang picik
sangat arogan.

2. Bertutur dengan kata yang baik, berpikirlah dengan
niat yang baik dan melakukan perbuatan baik.

3. Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri.


4. Kesuksesan adalah pengoptimalan suatu kelebihan,
kegagalan adalah akumulasi dari segala kekurangan.

5. Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap
orang memiliki kemungkinan yang tak terhingga.

6. Telapak tangan menghadap kebawah adalah menolong
orang, menengadah adalah memohon bantuan; membantu
orang mendatangkan kegembiraan sedangkan memohon
bantuan adalah suatu penderitaan.

7. Banyak berbuat baik akan mendapatkan banyak berkah,
sedikit berbuat baik akan kehilangan banyak berkah.

8. Melakukannya dengan suka rela, menerimanya dengan
suka cita.

9. Didalam hati berpengertian, bertorelansi, tahu
bersyukur, bisa merasa puas dan menghargai keberkahan.

10. Melakukan yang memang seharusnya dilakukan adalah
bijaksana, melakukan apa yang tidak seharusnya
dilakukan adalah kebodohan.

11. Jika tabiat dan ucapannya tidak baik, meski
hatinya sebaik apapun tidak dapat dikategorikan
sebagai orang baik.

12. Ilmu pengetahuan harus dipahami dengan
sungguh-sungguh, baru bisa menjadi kebijaksanaan dalam
diri sendiri.

13. Kasih sayang tidak dapat dengan memohon pada orang
lain, melainkan diperoleh dari sumbangsih yang
diberikan.

14. Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan
diri kita sendiri.

15. Hendaknya bersaing untuk menjadi siapa yang lebih
dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti.

16. Menyia-nyiakan waktu setiap hari adalah pemborosan
hidup, bekerja penuh semangat dan menjadi orang yang
berguna adalah membangun kehidupan kita sendiri

17. Lakukanlah dengan sepenuh hati, jangan merasa
khawatir ataupun risau

18. Orang yang selalu mencari-cari alasan bagi
kegagalannya, tidak akan memperoleh kemajuan untuk
selamanya.

19. Selalu merasa tidak senang kepada orang lain,
karena kurang dalam pelatihan kepribadiannya diri
sendiri.

20. Rumput tidak akan mudah tumbuh dilahan yang
ditanami sayur-sayuran. Hati tidak mudah timbul
kebencian bila dipenuhi rasa persahabatan.

21. Berapa banyak kewajiban yang telah anda penuhi,
sebanyak itu pula kemampuan yang akan diperoleh.

22. Lebih baik berhati lapang daripada memiliki rumah
yang luas

23. marah adalah tindakan menghukum diri sendiri
dengan mengambil kesalahan yang dibuat oleh orang
lain.

24. Kegembiraan seseorang tidak didasarkan dari berapa
banyak yang dimilikinya, namun karena sedikit sekali
berhitungan dengan orang lain.

25. Setelah penderitaan berlalu, akan tiba masa yang
penuh berkah. Setelah keberkahan habis dinikmati, maka
kesedihan akan datang menerpa.

26. Renungkan selalu kesalahan yang pernah dilakukan.
Jangan perbincangkan baik buruknya orang lain.

27. Bukan banyak uang yang membuat seseorang merasa
gembira, tidak pernah melakukan yang bertentangan
dengan hati nurani membuat hidup tentram.

28. Sebelum mengkritik orang lain, pikirkan dahulu
apakah kita sendiri telah sempurna dan bebas dari
kesalahan.

29. Jika enggan mengerjakan hal kecil, maka sulit
menyelesaikan tugas yang besar.

30. Kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah
bisa bangkit kembali dari kegagalan.

31. Ucapan yang baik, bagai bunga teratai yang keluar
dari mulut; Ucapan yang buruk, seperti bisa ular yang
disemburkan dari mulut.

32. Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam
kehidupan: berbakti pada orang tua dan melakukan
kebajikan.

33. Moralitas adalah sebuah pelita dalam peningkatan
kepribadian, tidak seharusnya merupakan cambuk
penghukum bagi orang lain.

34. Menghargai dan merasa senang atas keberhasilan
orang lain berarti meningkatkan harkat diri sendiri.

35. Selalu berbaik hati selalu memperoleh hari-hari
yang baik.

36. Memberi maaf dan berbicara dengan ramah meskipun
kita berada dipihak yang benar.

37. Menerima kebajikan sekecil apapun harus dibalas
sebesar-besarnya.

38. Hendaknya kita menyadari, mensyukuri, dan membalas
budi orang tua.

39. Sepatah kata yang menghangatkan hati, ibarat
setetes parfum yang kita semprotkan ketubuh orang
lain, kita sendiri akan kecipratan wanginya.

40. Kita harus melakukan kegiatan pelestarian
lingkungan masyarakat dengan baik demikian juga dengan
kelestarian lingkungan batin kita.

41. Tetesan air dapat membentuk sebuah sungai,
kumpulan butiran beras bisa memenuhi lumbung. Jangan
meremehkan hati nurani sendiri, jangan pernah berpikir
untuk tidak melakukannya walau perbuatan itu sangat
kecil.

42. Sedikit berbicara lebih baik daripada banyak
berbicara, akan lebih baik lagi jika hanya membicarakan
hal yang baik-baik saja.

43. Setiap orang sulit terhindar dari membuat
kesalahan, yang dikhawatirkan tidak berkeinginan untuk
memperbaikinya. Sedangkan memperbaiki kesalahan
bukanlah suatu hal yang sulit dilakukan.

44. Lahan batin manusia bagaikan sepetak sawah, bila
tidak ditanami dengan bibit yang baik, tentu tidak
akan bisa menuai hasil yang baik.

45. Orang yang bijaksana baru mampu membedakan yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang sesat; Orang
yang rendah hati baru bisa membangun kehidupan yang
indah sempurna.

46. Orang berbudi luhur mempunyai tujuan hidup, sedang
orang yang berhati picik menganggap hidup sebagai
tujuan.

47. Di dalam kehidupan, kita tidak selalu berada dalam
kondisi yang baik-baik saja, namun bagi yang pernah
mengalami cobaan dan berhasil mengatasinya, akan
sangat mudah menghadapi kondisi yang sesulit apapun.

48. Permasalah sukar dan sulit diputuskan dalam hidup
adalah suatu cobaan.

49. Sertakan saya dalam perbuatan baik; jangan
libatkan saya dalam perbuatan jahat.

50. Kasih sayang yang sesungguhnya adalah menjaga
kondisi hati kita dengan sebaik-baiknya.

51. Mampu bertoleransi dan lebih mengasihi orang lain,
kita akan hidup dengan sangat gembira.

52. Mampu menyumbangkan cinta kasih adalah suatu
keberkahan. Mampu menghapus kerisauan adalah sifat
yang bijaksana.

53. Anggaplah segala permasalahan sebagai pelajaran
dan pujian sebagai peringatan untuk mawas diri.

54. Orang yang menganggur tidak akan merasakan
kenikmatan hidup; orang yang beraktifitas, tidak
memiliki waktu untuk berselisih dengan orang lain.

55. Mata manusia berada di bagian depan, hanya dapa
melihat kekurangan orang lain, sama sekali tidak bisa
melihat kekurangan diri sendiri.

56. Dengan memiliki keyakinan, keuletan dan
keberanian, maka tidak ada yang tidak berhasil
dilakukan di dunia ini.

57. Memperbaiki prilaku sendiri adalah untuk menolong
diri sendiri, mampu mempengaruhi orang untuk berbuat
baik adalah untuk menolong orang.

58. Bangkitnya amarah adalah kegilaan sesaat.

59. Jangan mengenang terus jasa pahala yang telah
diberikan, jangan melupakan kesalahan yang pernah
dibuat. Lupakanlah dendam yang ada di dalam hati,
jangan melupakan budi baik yang pernah diterima.

60. Niat baik mendatangkan keberkahan, Tekad akan
menimbulkan kekuatan; Keberkahan harus diciptakan
sendiri, hingga akan mendapatkan jalinan jodoh yang
baik.

61. Yang mencelakai diri sendiri tidak lain adalah
kemarahan yang tidak pada tempatnya.

62. Orang yang dapat memanfaatkan waktunya dengan
baik, pasti bisa menguasai arah tujuan yang ingin
dicapai.

63. Merasa menyesal atas kesalahan yang telah
dilakukan, baru membuat hati jadi suci bersih tanpa
kerisauan.

64. Lakukanlah menurut kemampuan yang ada, jangan
berniat untuk menunda, ada kemungkinan anda tidak
mendapatkan apa apa.

65. Yang terindah di langit adalah bintang-bintang
bergemerlapan, sedangkan yang terindah dalam hidup
adalah kehangatan kasih sayang.

66. Orang yang berbudi sifatnya bagaikan air yang
dapat menyesuaikan diri dalam berbagai bejana, hidup
dalam kondisi bebas leluasa.

67. Padi yang berisi akan semakin merunduk; Seseorang
yang sukses semakin rendah hati.

68. Berhenti di tengah perjalanan akan lebih sulit dan
terasa lebih melelahkan daripada terus berjalan hingga
sampai ke tujuan.

69. Dalam pelatihan moral hendaknya melatih sesuai
dengan jalinan jodoh, di dalam kehidupan sehari hari
dan melakukannya dimana saja.

70. Jangan berbuat semena-mena, didiklah diri sendiri
sesuai keinginan hati.

71. Di kala memiliki, harus selalu mengenang
penderitaan di saat tak punya; dalam cuaca baik harus
mempersiapkan persediaan di musim hujan.

72. Alam semesta ada batasnya, kekuatan tekad kita ak
terhingga. Mudah mengikrarkan sebuah tekad, tapi sulit
melaksanakannya.

73. Perbuatan baik hendaknya bisa dioptimalkan,
permasalahan harus ditinggalkan. Mensukseskan orang
lain berarti mensukseskan diri sendiri.

74. Lebih baik bekerja keras dan benar-benar
melakukannya daripada berkemampuan tapi tidak
melakukannya sama sekali.

75. Orang harus menyayangi diri sendiri baru dapat
mencintai semua orang di dunia.

76. Dalam mengatasi berbagai masalah hendaknya
berhati-hati, cermat, namun jangan berpikiran sempit.

77. Jangan merasa khawatir pada banyaknya masalah,
yang dikhawatirkan adalah masalah yang dicari-cari.

78. Orang tidak mempunyai hak milik atas nyawanya,
tetapi hanya memiliki hak untuk mempergunakannya.

79. Dusta bagaikan sekuntum bunga yang sedang
mekar-mekarnya, berpenampilan indah namun hanya dalam
waktu yang singkat.

80. Sebuah gelas yang sumbing pinggirannya, jika
dipandang dari sudut yang lain, mulut gelas itu masih
tetap merupakan sebuah lingkaran.

81. Ikrar harus luhur, tekad harus kokoh, kepribadian
harus lemah lembut, dan hati harus cermat.

82. Berikrar dalam hati dan tidak pernah menyatakan
dalam tindakan, sama halnya seperti bertani tanpa
menebar bibit, hanya menyia-nyiakan sebuah jalinan
jodoh.

83. Orang yang welas asih tidak mempunyai musuh, orang
yang bijaksana tidak akan merasa risau.

84. Berdana bagai menerbakan bibit, bibit baru akan
bertunas bila disirami dengan perasaan hati yang
bersuka cita.

85. Orang berbudi berketetapan hati menggapai
cita-citanya, orang yang picik hanya memiliki
cita-cita dan tidak pernah berusaha.

86. Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan
menciptakan keberkahan.

87. Menjalankan yang sulit dijalankan, merelakan yang
sulit direlakan dan melakukan yang sulit dilakukan,
baru bisa meningkatkan kepribadian diri sendiri.

88. Hanya orang yang bisa menghargai dirinya sendiri
baru mempunyai keberanian untuk lebih rendah hati.

89. Ketamakan, kemarahan dan kebodohan merupakan 3
racun dalam kehidupan manusia. Atasilah ketamakan
dengan berdana, kemarahan dengan hati yang welas asih
dan kebodohan dengan hati yang bijaksana.

90. Cinta kasih hendaknya tidak membeda-bedakan ras
dan negara, asalkan sebuah kehidupan, semuanya harus
dihargai dan diberikan perhatian.

91. Adanya keluarga yang sehat, baru ada masyarakat
yang baik akan menciptakan negara yang baik pula.

92. Jangan khawatir tidak dapat menyelesaikannya, yang
dikhawatirkan adalah tidak melakukannya sama sekali.

93. Penyesalan adalah pengakuan dari hati nurani, juga
boleh dikatakan sebagai pembersihan besar-besaran
terhadap polusi spritual.

94. Berdana bukanlah hak khusus orang kaya, tapi
merupakan implementasi dari sebuah cinta kasih yang
tulus.

95. Melayani setiap orang dengan tulus, menundukkan
hati setiap orang dengan moralitas adalah sistem
managemen terbaik.

96. Ada orang yang berkata, “Asal berhati baik sudah
cukup” Namun percuma saja berhasil baik, kalau tidak
diwujudkan dalam tindakan nyata, tidak akan
menghasilkan suatu perbuatan yang baik.

97. Panjangnya usia seseorang setara dengan berapa
banyak pekerjaan yang telah dilakukan di dunia, maka
harus berlomba dengan waktu, jangan biarkan waktu
berlalu dengan sia-sia.

98. Welas asih tanpa penyesalan, berbelas kasih tanpa
kebencian, bersuka cita tanpa kerisauan, bersumbangsih
tanpa pamrih.

99. Berikrar harus bertujuan memberi manfaat yang
besar bagi orang banyak, juga harus dilakukan sendiri
kapan saja dan dimana saja.

100. Adanya cinta kasih di dalam hati, baru bisa
dicintai oleh semua orang.

101. Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsihlah
segera dikala masyarakat memerlukan anda, lakukanlah
selama anda masih bisa melakukannya.

102. Jadilah orang yang tidak mengandalkan kekuasaan,
status sosial dan harta kekayaan dalam menjalani
hidupnya.

103. Malapetaka dan bencana yang melanda dunia,
sebagian besar adalah hasil dari perbuatan orang yang
sehat jasmaninya, namun cacat rohaninya.

104. Setiap hari merupakan lembaran baru dalam
hidupku. Setiap orang dan setiap hal yang ada di
dalamnya semuanya adalah kisah-kisah yang menarik.

105. Seandainya kita dibutuhkan dan dapat
menyumbangkan sesuatu bagi orang lain adalah kehidupan
yang paling berbahagia.

106. Ketetapan hati bagai tetesan air yang dapat
menembus batu karang, kesulitan dan rintangan sebesar
apapun juga dapat diatasi.

107. Tidak bertikai bukan berarti tidak peduli pada
segala hal, bisa bersatu hati, ramah tamah, saling
mengasihi dan bergotong royong dengan semua orang baru
disebut tanpa pertikaian.

108. Ada tiga “tidak” di dunia ini; tidak ada orang
yang tidak saya cintai, tidak ada orang yang tidak
saya percayai dan tidak ada orang yang tidak bisa saya
maafkan.

109. Orang bodoh membangun tembok pemisah dalam hatinya,
orang bijaksana merobohkan tembok pemisah tersebut dan hidup
berdampingan secara damai dengan orang lain.

110. Kesuksesan yang paling besar dalam hidup
adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.

111. Ada dua hal yang tidak bisa ditunda dalam
kehidupan: berbakti kepada orangtua dan melakukan kebajikan.

112. Jika ingin meningkatkan kebijaksanaan, kita mesti
membebaskan diri dari sifat kemelekatan dan keraguan.

113. Cita-cita boleh saja tinggi dan jauh kedepan, namun
langkah yang diperlukan untuk itu, harus diterapkan sejak sekarang.

114. Jangan mengenang terus jasa yang telah diberikan, jangan
melupakan kesalahan yang pernah dibuat. Lupakanlah dendam yang
ada di dalam hati, namun jangan melupakan budi baik yang pernah diterima.

115. Keinginan yang belebihan, selain mendatangkan penderitaan
juga sering menggiring orang melakukan perbuatan yang mendatangkan karma buruk.

116. Jangan takut terdorong oleh orang-orang yang lebih mampu dari kita.
Karena dorongan tersebut akan memberi semangat untuk terus maju.

117. Orang tidak mempunyai hak milik atas nyawanya, melainkan
hanya memiliki hak untuk menggunakannya.

118. Tetesan air dapat membentuk sebuah sungai, kumpulan butiran
beras bisa memenuhi lumbung. Jangan meremehkan hati nurani sendiri, lakukankalh
perbuatan baik meskipun kecil.

119. Lahan batin manusia bagaikan sepetak sawah, bila tidak
ditanami dengan bibit yang baik, tidak akan bisa menuai hasil yang baik.

120. Orang berbudi luhur mempunyai tujuan hidup, sedang
orang yang berpikiran sempit menganggap hidup sebagai tujuan.

121. Sertakan saya dalam perbuatan baik, jangan
libatkan saya dalam perbuatan jahat.

122. Anggaplah segala permasalahan sebagai pelajaran, pujian
sebagai peringatan untuk mawas diri.

123. Dengan memiliki keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak
ada hal yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.

124. Orang harus menyayangi diri sendiri baru
dapat mencintai orang di seluruh dunia.

125. Dalam mengatasi berbagai masalah hendaknya
berhati-hati, cermat, namun jangan berpikiran sempit.

126. Tidak perlu merasa khawatir atas banyaknya masalah, yang perlu
dikhawatirkan hanya masalah yang sengaja dicari-cari.

127. Hendaknya kita menyadari, mensyukuri, dan membalas budi orangtua.

128. Jika enggan mengerjakan hal kecil, maka
kita pun akan sulit menyelesaikan tugas yang besar.

129. Ikrar harus luhur, tekad harus kokoh, kepribadian
harus lemah lembut, dan hati harus peka.

130. Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang
mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.

131. Keserakahan, kebencian, dan kebodohan merupakan 3 racun
dalam kehidupan manusia. Atasi keserakahan dengan berdana, kebencian
dengan hati yang welas asih, dan atasi kebodohan dengan kebijaksanaan.

132. Penyesalan adalah pengakuan dari hati nurani, dan
dapat juga dikatakan sebagai pembersihan terhadap kekotoran batin.

133. Berdana bukanlah hak khusus yang dimiliki orang kaya, melainkan
merupakan perwujudan dari sebuah cinta kasih yang tulus.

134. Hidup manusia tidak kekal. Bersumbangsihlah pada saat
Anda dibutuhkan, dan lakukanlah selama Anda masih bisa melakukannya.

135. Jadilah orang yang tidak mengandalkan kekuasaan, status
social, dan harta kekayaan dalam menjalani hidup.

136. Malapetaka dan bencana yang melandai dunia, sebagian
besar merupakan hasil perbuatan orang-orang yang sehat jasmaninya, namun cacat rohaninya.

137. Memaafkan orang lain berarti berlaku baik pada diri sendiri.

138. Ada tiga “tiada” di dunia ini, tiada orang yang tidak
saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, dan tiada orang yang tidak bisa saya maafkan.

139. Pikiran dan perilaku kita sendiri yang
menciptakan dan menentukan surga dan neraka.

140. Sumber penderitaan manusia ada 3, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kebodohan.

141. Penyakit pada tubuh tidaklah menakutkan, batin
yang sakit justru lebih mengerikan.

142. Kebijaksanaan diperoleh dari bagaimana seseorang
menghadapi masalah dalam hidupnya. Apabila ia menghindar dari
masalah yang ada, maka ia pun tidak akan dapat mengembangkan kebijaksanaannya.

143. Sumber dari kerisauan hati adalah keinginan
manusia untuk selalu “memiliki”.

144. Ada sebagain orang yang sering merasa risau, akibat
perkataan buruk orang lain yang sebenarnya tidak perlu dihiraukan.

145. “Keserakahan”, selain membawa penderitaan, juga
akan menjerumuskan manusia ke dalam penderitaan.

146. Sebelum mengkritik orang lain, pikirkan dahulu apakah
kita sendiri telah sempurna dan bebas dari kesalahan.

147. Setiap hari merupakan lembaran baru dalam hidup kita,
setiap orang dan setiap hal yang ada di dalamnya merupakan kisah-kisah yang menarik.

148. Bila kita selalu ragu dan tidak memiliki tekad yang kuat, walaupun jalan yang benar telah terbentang di depan mata, kita tetap tidak akan pernah sampai ke tempat tujuan.

149. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang penuh dengan cinta kasih.

150. Dengan menjaga tutur kata dan bersikap dengan baik, maka kita akan menjadi orang yang disenangi dan dicintai orang lain.

151. Mengernyitkan dahi dan tersenyum, keduanya sama-sama merupakan sebuah ekspresi, mengapa tidak tersenyum saja?

152. Hati hendaknya bagaikan bulan purnama yang bersinar terang. Hati hendaknya juga seperti cakrawala luas dengan langit yang cerah.

153. Niat baik yang tidak dilaksanakan sama halnya seperti bertani tanpa menebarkan benih. Hal ini hanya menyia-nyiakan kesempatan baik yang ada.

154. Setiap hari kita harus bersyukur dan berterima kasih kepada orangtua dan semua makhluk. Jangan melakukan sesuatu yang mengecewakan mereka.

155. Memberi dan melayani jauh lebih berharga dan membahagiakan daripada diberi dan dilayani.

156. Tidak peduli seberapa jauh jalan yang harus ditempuh dan selalu berusaha sebaik mungkin mencapai tujuan dengan kemampuan yang dimiliki, inilah yang disebut dengan keuletan.

157. Orang yang paling berbahagia adalah orang yang mampu mencintai dan dicintai orang lain.

158. Sebaik apa pun hati seseorang, bila tabiat dan tutur katanya tidak baik, maka ia tidak dapat dianggap sebagai orang baik.

159. Kasih sayang yang mengharapkan pamrih tidak akan bertahan lama. Yang akan bertahan selamanya adalah kasih sayang yang tak berwujud, tak ternoda, dan tanpa pamrih.

160. Cinta kasih harus bagaikan seduhan the wangi dengan komposisi yang pas. Bila terlalu pekat akan terasa pahit dan kita tidak dapat meminumnya.

161. Hadiah paling berharga di dunia ini adalah hadiah berbentuk maaf.

162. Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik dan lakukanlah perbuatan baik.

163. Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tak terhingga.

164. Kesuksesan hidup selama puluhan tahun merupakan akumulasi perilaku setiap hari, maka setiap hari kita harus menjaga perilaku dengan sebaik-baiknya.

165. Semua manusia takut mati, takut menderita, apakah makhluk hidup lain tidak merasa takut juga? Oleh karena itu, kita harus melindungi semua makhluk hidup dan menghargai kehidupan.

166. Marah adalah menghukum diri sendiri atas kesalahan yang diperbuat oleh orang lain.

167. Hendaknya kita bersaing untuk menjadi siapa yang lebih dicintai, bukan siapa yang lebih ditakuti.

168. Musuh terbesar kita bukanlah orang lain, melainkan diri kita sendiri.

169. Bekerja untuk hidup sangat menyiksa, hidup untuk bekerja sangat menyenangkan.

170. Sumber penderitaan manusia adalah nafsu keserakahan untuk memiliki. Bila tidak bisa memperoleh yang diingankannya, dia akan menderita, namun bila telah memperolehnya, dia juga akan menderita karena takut kehilangan.

171. Kesederhanaan adalah keindahan, keserasian adalah keanggunan.

172. Hakekat terpenting dari pendidikan adalah pewarisan cinta kasih dan rasa syukur, yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

173. Kita hendaknya bersyukur kepada bumi yang menyediakan sumber daya alam sehingga kita dapat melanjutkan kehidupan, dan bersyukur kepada leluhur yang telah menyediakan lahan dan mengajarkan kita bagaimana cara untuk bertahan hidup.

174. Hati yang dipenuhi rasa syukur akan membangkitkan rasa haru. Rasa haru merupakan dorongan untuk melakukan kebajikan.

175. Bila dituduh orang lain, terimalah dengan rasa syukur. Bila menemukan kesalahan orang lain, sadarkan dengan sikap menghargai.

176. Bersyukurlah kepada orang yang menerima bantuan kita, karena mereka memberikan kesempatan baik bagi tercapainya pembinaan rasa cinta kasih kita.

177. Merupakan suatu berkah apabila sesama manusia dapat saling menghargai dan saling bersyukur.

178. Dengan berjiwa besar, tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan di dunia ini. Bila berjiwa sempit, walaupun kesenangan berlimpah, kita akan tetap merasa menderita.

179. Mengurangi nafsu keinginan dan memperluas cinta kasih, kehidupan akan dilalui dengan gembira, nyaman dan bebas tanpa beban.

180. Pandai menempatkan diri dan berpikir demi orang lain adalah sikap orang yang penuh pengertian.

181. Pada umumnya orang lebih dapat menanggung beban kerja yang berat daripada menanggung kebencian, namun orang yang berkepribadian mulia adalah orang yang dapat melupakan kebencian.

182. Cara berterima kasih dan membalas budi kepada bumi adalah dengan terus mempertahankan konsep pelestarian lingkungan.

183. Intropeksi dirilah bila mendapat kritikan orang lain. Jika salah harus diperbaiki; bila tidak bersalah, cobalah untuk menerimanya dengan lapang dada.

184. Berjiwa besar menerima kekurangan orang lain merupakan suatu hal yang luar biasa di tengah hal yang biasa.

185. Binalah cinta kasih yang tulus dan murni. Hati tidak akan risau bila tidak mengharapkan pamrih atau merasa rugi dalam memberikan cinta kasih.

186. Menghibur orang dengan kata-kata yang baik dan lembut, melerai perselisihan dengan kata-kata bijaksana dan membantu kesulitan orang lain dengan tindakan nyata, inilah yang dinamakan berdana.

187. Selalu mengejar kenikmatan materi adalah sumber penderitaan manusia. Menderita bila tak bisa memperolehnya, dan bila bisa memperolehnya akan merasa belum puas. Semuanya merupakan penderitaan yang tak akan pernah berakhir.

188. Mampu merasakan kebahagiaan orang lain seperti kebahagiaan sendiri adalah kehidupan yang penuh dengan kepuasan dan paling kaya akan makna.

189. Jangan menganggap enteng perbuatan baik sekecil apa pun, karena bila terhimpun menjadi satu merupakan bantuan yang berharga dan bermanfaat bagi orang lain.

190. Seulas senyuman mampu mendamaikan hati yang gelisah.

191. Kehidupan kita bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain.

192. Jangan mencemaskan beban yang berat, asalkan tetap berjalan di arah yang benar, pasti akan samapi ke tujuan.

193. Orang yang selalu mengasah orang lain, dirinya sendiri akan terasah, namun bagi orang yang selalu diasah, selain tidak rusak, malah akan lebih bersinar cemerlang, bagaikan berlian yang sesungguhnya.

194. Prinsip penting mencapai keselarasan dalam penyelesaian masalah adalah menyadari kapan saatnya maju dan kapan saatnya mengalah.

195. Dengan bersabar dan mengalah, hidup akan damai dan tenteram; saling bersitegang akan mendatangkan malapetaka.

196. Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Bila hanya menunggu, kesempatan itu akan berlalu dan semuanya sudah terlambat.

197. Mampu mematuhi tata tertib dalam berorganisasi, berpadu hati, ramah tamah, saling mengasihi, dan bergotong royong, berarti sebuah kemajuan yang telah dicapai dalam melatih diri yang dilakukan dengan penuh konsentrasi.

198. Jangan menyia-nyiakan waktu; lakukan hal yang bermanfaat dengan langkah yang mantap.

199. Tak ada yang tidak dapat diatasi dalam hidup ini; dengan adanya tekad, maka segalanya akan dapat diatasi.

200. Jangan pusingkan apakah orang akan memperbaiki perilaku atau sikap buruknya, yang terpenting adalah kita tetap melatih diri dengan sebaik mungkin.

201. Bila cermin dalam hati dapat selalu dibersihkan, maka dapat secara jelas membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah.

202. Jadikan batin kita sebagai tempat pelatihan diri dan hargailah semua orang dengan sikap kesetaraan.

203. Sebuah tindakan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan ribuan ucapan.

204. Walaupun memiliki impian dan harapan pada masa berabad-abad kedepan, namun jangan sampai mengabaikan hal yang ada pada saat sekarang.

205. Kepintaran adalah kemampuan untuk membedakan mana yang menguntungkan dan merugikan. Kebijaksanaan adalah kemampuan untuk membedakan yang benar dan salah.

206. Jangan meremehkan kemampuan sendiri, karenanya mulailah dengan mengubah kondisi hati kita barulah dapat mengubah dunia agar menjadi lebih baik.

207. Lebih baik belajar dari kelebihan orang lain daripada mencari kelemahan dan kesalahan orang lain.

208. Hadapilah kesalahan orang lain dengan lapang dada dan lemah lembut.

209. Iblis yang ada di luar diri kita tidaklah menakutkan, yang mengerikan adalah iblis yang terdapat di dalam hati.

210. Kehidupan manusia bagaikan meniti kawat baja. Bila kita tidak bersungguh-sungguh melihat ke depan, malah sebaliknya selalu menoleh ke belakang, kita pasti akan terjatuh.

211. Faktor pemersatu dalam organisasi adalah toleransi dan tenggang rasa terhadap pendapat yang berbeda.

212. Berbakti adalah sikap yang bersedia berkorban pada saat dibutuhkan oleh orangtua.

213. Kebiasaan buruk bagaikan virus yang menyerang batin manusia, harus dicegah jangan sampai berkembang.

214. Berdana ada 3 macam, memberi bantuan makanan dan pakaian, memberikan nasehat bagi orang yang hatinya sedang hampa, dan memberikan kedamaian kepada orang yang panic dan ketakutan.

215. Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, dibutuhkan uluran tangan dan kekuatan banyak orang untuk dapat menyelesaikan. 



216. Orang yang mau mengakui kesalahan dan memperbaikinya dengan rendah hati akan dapat meningkatkan kebijaksanaanya.

Jumat, 16 Mei 2014

Bagaimana Memilih Agama?


Bagaimana Memilih Agama?
Bhikkhu K. Sri Dhammananda
©2010
Abstrak: Pada jaman Sang Buddha, telah banyak ahli-ahli agama yang luar biasa kemampuannya di India. Banyak orang-orang pandai pada masa itu yang membicarakan perbedaan agama. Adakah sang pencipta? Tidak adakah sang pencipta? Adakah roh? Tidak adakah roh? Apakah dunia tanpa suatu awal? Apakah ada awal dari dunia? Itu adalah beberapa topik pembicaraan yang dengan sangat hebat diperdebatkan, yang telah menyita banyak waktu dan tidak pernah selesai.

Pada jaman Sang Buddha, telah banyak ahli-ahli agama yang luar biasa kemampuannya di India. Banyak orang-orang pandai pada masa itu yang membicarakan perbedaan agama. Adakah sang pencipta? Tidak adakah sang pencipta? Adakah roh? Tidak adakah roh? Apakah dunia tanpa suatu awal? Apakah ada awal dari dunia? Itu adalah beberapa topik pembicaraan yang dengan sangat hebat diperdebatkan, yang telah menyita banyak waktu dan tidak pernah selesai.
Dan tentunya seperti juga pada masa kini, banyak orang yang menyatakan bahwa dirinya telah mendapatkan jawaban, dan apabila orang-orang tidak mengikutinya, maka mereka akan dikutuk dan masuk neraka. Tentunya semakin banyak pencipta “pelayan kebenaran”, akan semakin membingungkan.
Sekelompok anak muda suku Kalama yang saleh pergi menemui Sang Buddha, dan memohon untuk dijelaskan tentang kebingungan mereka. Apa yang harus dilakukan sebelum seseorang menerima atau menolak suatu ajaran.
Sang Buddha menasehati sebagaimana yang dijelaskan dalam Kalama Sutta;
“….adalah untuk tidak menerima sesuatu apabila didasarkan pada;sudah menjadi tradisi, sudah lama ada, atau sudah sering didengar….”
Umumnya, manusia menjadi yakin setelah mendengarkan pembicaraan orang lain. Mereka berpikir untuk menerima apa yang dikatakan oleh orang lain tentang agamanya, atau apa yang tersimpan di dalam kitab agamanya. Banyak orang tidak mau pusing-pusing untuk menelaah, mencari apa yang dikatakan itu benar ataukah tidak. Pendapat umum ini sungguh sulit untuk diterima, khususnya di jaman modern ini, di mana pendidikan telah mengajarkan manusia untuk tidak begitu saja menerima apa yang dikatakan sebelum dapat dijelaskan dengan cara yang benar. Banyak intelektual muda menggunakan emosi dan perasaan, atau ketaatan tanpa menggunakan nalar pikirannya.
Dalam Kalama Sutta, Sang Buddha memberikan kebebasan penuh kepada kelompok anak muda tersebut untuk memilih, dan mengajarkan cara yang baik agar mereka menerima suatu agama secara rasional.
Ketika sekelompok anak muda suku Kalama tidak dapat memutuskan bagaimana memilih agama yang pantas, maka mereka datang kepada Sang Buddha untuk menerima nasihat Beliau. Mereka katakan kepada-Nya bahwa kumpulan agama yang memperkenalkan berbagai ragam agama, membuat mereka bingung, dan mereka tidak mengerti ajaran mana atau agama mana yang benar. Anak-anak muda tersebut dapat disamakan dengan anak muda masa kini yang merupakan pemikir-pemikir bebas, atau pengamat kebenaran. Itulah sebabnya mengapa mereka memutuskan untuk mendiskusikannya dengan Sang Buddha. Mereka memohon petunjuk agar dapat menolong diri mereka untuk menemukan cara yang tepat tentang memilih agama, sehingga mereka dapat menemukan kebenaran tersebut.
Menjawab pertanyaan mereka, Sang Buddha tidak mengklaim bahwa Ajaran-Nya yang paling bernilai, dan tidak mengatakan bahwa orang-orang yang percaya agama lain akan masuk neraka. Beliau hanya memberikan nasihat yang sangat penting kepada mereka untuk direnungkan. Sang Buddha tidak pernah mendorong manusia untuk menerima suatu ajaran sebagai warisan, tetapi mengharapkan mereka untuk mengertinya tanpa purbasangka. Beliau juga tidak mendorong mereka untuk menggunakan emosi atau ketaatan secara membabi buta untuk menerima suatu agama. Ajaran Sang Buddha ini dikenal sebagai agama yang merdeka dan masuk akal.
Kita sebaiknya tidak menerima sembarang agama dengan percaya begitu saja, atau dengan emosi untuk mempraktikkan agama. Kita sebaiknya tidak menerima agama begitu saja, yang semata-mata untuk menghilangkan kecemasan kita tentang apa yang akan terjadi pada diri kita, baik setelah kita meninggal dunia atau karena diancam dengan api neraka, atau yang lainnya. Agama harus dapat diterima bila agama itu memberikan suatu kebebasan untuk memilih. Semua orang harus memeluk agama dengan pengertian yang benar, dan tidak dikarenakan itu adalah hukum yang ditentukan oleh apa yang disebut ‘yang kuasa’, atau suatu kekuatan supra natural. Menganut suatu agama harus bersifat manusiawi dan berdasarkan pendapat yang rasional mengenai agama itu.
Manusia dapat saja membuat pernyataan tentang agamanya dengan membeberkan berbagai macam kejadian untuk menyakinkan orang lain. Akhirnya mereka dapat memperkenalkannya sebagai wahyu untuk mengembangkan kesetiaan dan kepercayaan. Tetapi seharusnya kita membaca apa yang tertulis secara analistis dengan menggunakan pikiran sehat dan kekuatan akal pikiran. Inilah yang Sang Buddha nasihatkan kepada kita untuk tidak menerima sesuatu secara tergesa-gesa yang tercatat, tradisi, atau telah lama dibicarakan.
Manusia melaksanakan tradisi-tradisi tertentu yang didasarkan pada kepercayaan, keharusan, atau pola hidup suatu kelompok dimana dia dilahirkan. Akan tetapi bagaimanapun juga tradisi itu penting dan berguna. Hal mana, Sang Buddha tidak menyatakan semua tradisi itu keliru, tetapi menasihatkan kita untuk lebih berhati-hati melaksanakannya, yang mana berguna, yang mana tidak berguna. Kita harus menyaring tradisi-tradisi tertentu yang ketinggalan jaman dan tidak berguna setelah suatu masa. Karena banyak tradisi diperkenalkan dan dianut oleh manusia primitif dengan pengertian mereka yang sangat terbatas tentang kehidupan manusia dan alam semesta pada masa itu. Tetapi pada masa kini, dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sudah sangat modern serta pengetahuan tentang alam semesta, kita dapat mengerti fenomena kehidupan alam.
Kepercayaan yang diyakini manusia primitif tentang matahari, bulan, bintang, angin, kilat dan guntur, hujan dan gempa bumi didasarkan pada usaha mereka untuk menyibak fenomena alam yang nampaknya sangat mengerikan. Para ahli pada masa itu berusaha menjelaskan bahwa itu adalah dewa atau dilakukan dewa-dewa dan kekuatan supra natural. Dengan pengetahuan kita yang sudah maju, kita dapat menjelaskan kepada mereka tentang gejala alam sebagaimana apa adanya.
Itulah mengapa Sang Buddha berkata;
“Jangan menerima apa yang hanya sekali kamu dengar. Jangan mencoba membenarkan kelakuan yang tidak masuk akal dengan mengatakan bahwa itu adalah tradisi, kemudian kita harus untuk menerimanya”
Kita sebaiknya tidak percaya kepada tahyul atau dogma agama dengan begitu saja hanya karena dikemukakan oleh orang yang lebih tua. Bukannya kita tidak menghormati mereka, tetapi kita harus seiring dengan jaman. Kita sebaiknya memelihara kepercayaan yang sesuai dengan pandangan dan nilai jaman modern, serta menolak apa yang berlebih-lebihan, atau tidak sesuai dengan perubahan waktu. Dengan cara ini kita dapat hidup dengan lebih baik.
Beberapa puluh tahun yang lalu, ketua gereja Anglikan, Uskup dari Woolich mengemukakan “perbedaan tuhan” untuk menjelaskan apa yang tidak dimengertinya mengenai atribut tuhan. Karena pengetahuan kita berkembang, kekuatan dewapun ‘berkurang’ secara bersamaan.
Setiap orang senang mendengar cerita. Mungkin inilah yang menyebabkan orang percaya kabar angin. Pandangan seratus orang yang menyaksikan suatu kejadian akan berbeda-beda, dan ketika setiap orang menceritakannya kepada orang lain, dia akan menghubungkannya dengan cara yang berbeda dengan menambahkan beberapa hal lain dan membesar-besarkan yang kecil.
Dia akan memperindahnya dan menambahkan garam dan bumbu untuk membuat ceritanya menjadi sedap dan menarik. Umumnya, setiap orang akan menceritakan kisahnya seolah-olah hanya dia yang dapat menceritakannya dengan jelas. Inilah kebiasaan manusia, yang menciptakan dan mengembangkan suatu kisah.
Jika anda membaca cerita tertentu, coba ingat, sebagian besar interpretasinya adalah menghias suatu kejadian kecil sehingga tampak indah dan menarik. Namun, tidak ada satupun makna dari kisah itu yang diceritakan kepada kita, dan tidak ada yang menaruh perhatian pada cerita itu.
Sebaliknya, cerita adalah suatu cara yang sangat menarik untuk menyampaikan berita tentang kemoralan. Buku-buku Buddhis adalah suatu kumpulan yang sangat kaya akan kisah-kisah tersebut. Tetapi apa yang tercatat di dalam buku-buku tersebut hanya sekedar cerita. Kita tidak harus percaya kepadanya seolah-olah cerita itu adalah suatu yang mutlak. Kita sebaiknya tidak seperti seorang anak kecil yang percaya bahwa seekor serigala dapat mengerti apa yang dikatakan oleh seorang nenek, dan bercakap-cakap seperti seorang manusia.
Banyak orang bercerita tentang keajaiban, ketuhanan dan tuhan, bidadari, dan kekuatan yang menandakan apa yang mereka anut. Banyak orang cenderung untuk menerima sesuatu tanpa mengadakan penyelidikan, tetapi berkenaan dengan agama Buddha, kita hendaknya tidak percaya begitu saja kepada sesuatu yang diceritakan oleh karena mereka sendiri terpedaya.
Umumnya, manusia di dunia ini masih berada dalam kegelapan dan kemampuan mereka untuk mengerti akan kebenaran itu sangat miskin. Hanya sedikit orang yang mengerti dengan baik. Bagaimana mungkin seorang buta menuntun seorang buta lainnya? Kemudian yang lainnya berkata, “seorang pemimpin bermata satu dapat menjadi raja di antara orang-orang buta”. Beberapa orang mungkin hanya mengetahui sebagian kecil dari suatu kebenaran. Kita harus berhati-hati dalam menjelaskan kepada mereka tentang kebenaran mutlak ini.
Selanjutnya, Sang Buddha memperingatkan kita untuk tidak percaya begitu saja kepada apa yang tercatat di dalam kitab suci. Beberapa orang selalu mengatakan bahwa pesan yang tertulis di dalam kitab sucinya itu disampaikan langsung oleh tuhan mereka. Sekelompok orang berusaha memperkenalkan apa yang ada di dalam buku-buku sebagai pesan langsung dari surga. Hal ini tentu saja sulit untuk dipercaya bahwa mereka menerimanya dari surga, dan mencatatnya ke dalam kitab suci mereka-terjadi hanya pada beberapa ribu tahun yang lampau.
Mengapa wahyu tersebut tidak diberikan lebih awal? (mengingat umur bumi telah mencapai kira-kira 4.5 milyar tahun). Mengapa itu dibuat hanya untuk menyenangkan beberapa orang saja? Tentunya akan lebih efektif apabila mengumpulkan semua orang di suatu tempat, dan lebih baik mengungkapkan kebenaran kepada banyak orang daripada hanya mengandalkan seorang saja untuk melakukan tugas itu.
Bukankah lebih baik jika tuhan mereka menampakkan dirinya pada hari-hari tertentu untuk membuktikan keberadaan dirinya? Dengan cara itu mereka tidak akan mendapat kesulitan untuk memeluk seluruh dunia.
Umat Buddha tidak mencoba untuk memperkenalkan ajaran Sang Buddha sebagai wahyu ilahi, dan tidak akan menggunakan kekuatan mistik dan hal yang aneh-aneh untuk membabarkan ajaran. Menurut Sang Buddha, kita sebaiknya tidak menerima ajaran-Nya sebagaimana yang tercatat di dalam kitab suci Buddhis secara membabi buta tanpa suatu pengertian.
Inilah suatu ciri khas bahwa kemerdekaan adalah suatu hal yang diberitakan oleh Sang Buddha. Beliau tidak pernah mengklaim bahwa umat Buddha adalah orang-orang pilihan, Beliau memberikan penghargaan yang lebih tinggi kepada kemampuan dan kepandaian manusia.
Cara yang paling baik bagi manusia yang rasional untuk mengikuti apapun, adalah dengan mempertimbangkan secara hati-hati sebelum menerima atau menolak sesuatu. Mempelajari, berpikir, meneliti sampai kita yakin dan membuktikannya, jika anda menerima hanya karena ‘yang kuasa’ atau kitab suci, anda tidak akan pernah membuktikan kebenaran tersebut pada diri anda. (Tidak tergantung pada logika dan pendapat pribadi adalah salah satu nasihat Sang Buddha). Jangan berpikir bahwa kekuatan rasional anda adalah mutlak. Sebaliknya, anda akan menjadi sangat bangga dan sombong, serta tidak mau mendengar pendapat orang lain, yang mungkin lebih tahu dari anda sendiri.
Biasanya kita menasihatkan orang lain untuk menggunakan akal pikirannya. Tentu, dengan menggunakan daya pikiran dan akal yang terbatas, manusia tidak sama dengan hewan dalam hal menggunakan pikiran. Semua anak-anak dan orang-orang yang tidak terdidik menggunakan kekuatan pikiran sesuai dengan usia, kedewasaan, pendidikan, dan pengertiannya. Tetapi kekuatan pikiran berbeda dengan kedewasaan, ilmu dan pengalaman. Sekali lagi, akal pikiran adalah suatu yang berubah dari waktu ke waktu. Pribadi seseorang atau pengenalan terhadap konsep juga berubah dari masa ke masa.
Sebagaimana akal pikiran tidak akan berakhir untuk beranalisa akan suatu kebenaran yang pasti. Setelah tidak ada pilihan lain, kita harus menggunakan kekuatan pikiran kita sehingga mendapatkan pengertian yang sebenarnya. Tujuan kita adalah secara berkesinambungan mengembangkan daya pikir dengan menyiapkan diri belajar dari orang lain, tanpa memberi kesempatan kepada kepercayaan yang membuta. Dengan mengekspos diri kita terhadap berbagai cara berpikir yang berlainan, dengan menguji kepercayaan kita, pikiran kita akan selalu terbuka, kita mengembangkan pengertian kita dan dunia di sekeliling kita.
Sang Buddha pergi mencari semua guru ahli sebelum Beliau mencapai Penerangan Sempurna. Beliau dapat menerima apa yang mereka ajarkan. Sebagai pengganti, Beliau menggunakan seluruh daya pikir-Nya untuk menembus kebenaran. Dan ketika Beliau mencapai Penerangan Sempurna, Beliau tidak pernah kehilangan sifat-Nya atau memaksa orang lain yang tidak setuju dengan ajaran-Nya.
Sekarang kita pertimbangkan dengan argumentasi atau logika. Sekali waktu pikiran kita menentukan sesuatu hal dapat diterima, kita namakan itu masuk akal. Sesungguhnya seni berlogika itu adalah alat yang sangat berharga untuk berargumentasi. Logika dapat dieksloitasikan oleh seorang pembicara berbakat yang menggunakan kepandaian dan kelicikan.
Seseorang yang sangat pandai bicara dapat menjatuhkan suatu kebenaran dan keadilan, serta menghancurkan yang lain, seperti pengacara di pengadilan. Kelompok agama yang berbeda mengatakan bahwa agamanya adalah yang terbaik dibanding dengan lainnya. Argumentasi mereka biasanya didasarkan pada bakat dan kemampuan yang mengekspresikan ide-ide mereka, tetapi sesungguhnya mereka tidak tertarik kepada kebenaran. Itulah alam dari argumentasi.
Untuk mencapai kebenaran, Sang Buddha menasihatkan kita untuk tidak dipengaruhi oleh argumentasi atau logika yang menyimpang dari penelitian. Ketika manusia mulai dengan argumentasi, biasanya emosi menyala dan hasilnya adalah pertengkaran argumentasi. Terakhir, egoisme manusia ditambahkan untuk adu pendapat. Akhirnya hanya menciptakan permusuhan, sebab tidak ada seorang pun yang bersedia mengeluarkan pendapatnya lagi. Oleh karena itu, seseorang jangan mengembangkan kebenaran agama sampai menimbulkan pertentangan pendapat. Itulah salah satu nasihat penting yang telah disampaikan oleh Sang Buddha.
Nasihat berikutnya adalah untuk tidak menerima suatu kebenaran mutlak karena pengaruh seseorang. Hal ini menunjuk kepada kepercayaan seseorang yang tampak seperti kebenaran melalui daya khayalannya, meskipun kita mempunyai beberapa keraguan dalam pikiran kita sebelum kita menerima hal-hal tertentu sebagai kebenaran atau setelah kita kehabisan akal penelitian.
Setelah pikiran kita banyak ditipu oleh kemampuan dan emosi perasaan, sikap mental kita menciptakan banyak ilusi, khayalan. Kita juga dibelenggu oleh ketidak-tahuan. Semua orang menderita dikarenakan kebodohan dan bayang-bayang. Kekotoran batin menyelimuti pikiran sehingga kita condong berprasangka dan tidak dapat membedakan antara kebenaran dan bayang-bayang. Hasilnya, kita hanya yakin bahwa diri kitalah yang paling benar. Nasihat Sang Buddha adalah untuk tidak mengambil kesimpulan semata-mata berdasarkan emosi perasaan, akan tetapi carilah banyak keterangan dan renungkan sebelum mengambil suatu kesimpulan. Maka, sebaiknya kita harus mendengarkan terlebih dahulu apa yang dibicarakan oleh orang lain. Mungkin mereka akan menghilangkan keragu-raguan kita dan menolong kita mengakui kesalahan yang dianggap benar.
Sebagai contoh, pada jaman dulu manusia percaya bahwa matahari mengelilingi bumi, yang diyakini seperti uang logam yang datar. Hal ini didasarkan pada terbatasnya ilmu pengetahuan; tetapi mereka akan merejam siapa yang berani menentang pendapat tersebut. Terima kasih kepada Guru Agung kita, bahwa umat Buddha tanpa catatan sejarah hitam dimana kita pernah menentang sesuatu yang tidak masuk akal. Hal mana menyebabkan banyak sekali sekolah Buddhis dapat hidup berdampingan secara damai dengan yang lainnya. Dengan didasari oleh ajaran Sang Buddha yang sangat jelas, umat Buddha menaruh hormat kepada pandangan orang lain, yang juga benar.
Nasihat lainnya adalah untuk tidak menerima sesuatu yang nampaknya benar. Ketika anda melihat dan mendengarkan tafsiran yang diberikan oleh orang lain, anda menerima begitu saja hanya dari bentuk yang tampak tanpa menggunakan daya penganalisaan anda.
Sering kali konsep atau pendapat yang anda ciptakan tentang obyek jauh dari hakikat yang sebenarnya. Mencoba untuk melihat sesuatu tanpa memberikan suatu pemantas atau pembanding, pandangan Buddhis terkenal sebagai analisa doktrin. Hanya berdasarkan analisa, kita dapat mengerti realita dari suatu hukum benda dan hubungan antara elemen dan tenaga energi berfungsi, bagaimana mereka timbul dan tenggelam.
Jika anda benar-benar memeriksa sifat dasar dari alam ini, dan dapat anda buktikan bahwa segala sesuatu itu tidak kekal atau anicca, serta pandangan tentang objek lebih maju; maka tidak akan menciptakan kekecewaan. Dan anda akan menyadari, bahwa tidak ada gunanya untuk bertengkar tentang pendapat; yang akhirnya hanya suatu bayangan atau ilusi; yang tampaknya seperti sesuatu yang benar. Umat Buddha tidak perlu mempertaruhkan kehormatan untuk bertengkar soal dunia akan kiamat, sebab pasti, segala sesuatu akan musnah dan diganti.
Suatu saat, dunia pasti kiamat. Tidak perlu ragu-ragu tentang hal ini. Setiap napas kita masuk dan keluar, sebagian dari tubuh kita rusak. Akhir dunia (yang disabdakan oleh Sang Buddha) secara umum adalah suatu kejadian dramatis yang terjadi setiap saat dari kehidupan kita. Ilmu astronomi modern menyatakan bahwa dunia dapat meletup setiap saat. Umat Buddha tidak kuatir masa yang lalu dan tidak kuatir akan masa depan, yang penting adalah pada saat ini, hari ini, mereka dalam keadaan tenang.
Sebagaimana kita ketahui, akhir dari dunia bukan sesuatu yang menakutkan atau sesuatu yang menjadikan kita gelisah. Sang Buddha memperingatkan pengikut-Nya untuk tidak tergantung kepada pengalaman seseorang yang berspekulatif. Setelah mendengar atau membaca teori tertentu, orang-orang pada umumnya akan secara sederhana tiba pada suatu kesimpulan dan memegang teguh kepercayaannya. Mereka dengan sangat kasar menolak untuk mengubah pandangan hidupnya, sebab sekali mereka memeluk kepercayaan tersebut, mereka telah diperingatkan bahwa mereka akan dibakar di neraka apabila menukar kepercayaan.
Di dalam ketidak-tahuan dan ketakutan, orang-orang ‘miskin’ yang hidup dalam surga kebodohan berpikir bahwa dosa-dosa mereka secara ajaib telah dimusnahkan, dihapuskan. Sang Buddha menasihatkan untuk tidak membuat suatu kesimpulan dengan tergesa-gesa, yang memutuskan apakah sesuatu itu benar atau sebaliknya.
Banyak orang menemukan segala sesuatu di dunia ini, tetapi hal yang paling sulit bagi mereka adalah melihat kebenaran atau kenyataan. Kita sebaiknya tidak tergantung pada desas-desus untuk mengerti suatu kebenaran, kita mungkin menerima hal tertentu sebagai dasar untuk memulai suatu penyelidikan, yang pada akhirnya akan memuaskan rasa ingin tahu kita.
Keputusan yang kita ambil berdasarkan spekulasi dapat diibaratkan dengan keputusan yang dibuat oleh sejumlah orang buta, yang memegang bagian tubuh seekor gajah. Semua orang mengatakan bahwa dialah yang paling benar, berdasarkan apa yang dipikirkan tentang seperti apa bentuk gajah itu. Semua berkata dialah yang paling benar, walaupun apa yang dikatakan itu ternyata salah, dalam pikiran mereka bahwa pendapat mereka itu benar belaka.
Kita juga jangan seperti katak dibawah tempurung, yang berpikir tidak ada dunia lain selain yang dilihatnya. Kita dibutakan oleh mental batin kita yang kotor. Inilah yang menyebabkan kita sulit menerima kebenaran. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang salah mengerti dan mempengaruhi kita dengan amat mudah. Kita selalu mengubah kepercayaan yang kita terima sebagai kebenaran sebab kita tidak memegang teguh ajaran tersebut.
Manusia mengubah agamanya dari waktu ke waktu sebab mereka sangat mudah dipengaruhi emosi kemanusiaan. Sekali kita dapat menyatakan kebenaran, kita tidak perlu mengubahnya lagi karena berbagai keadaan, sebab pada akhirnya kebenaran tidak berubah, hal itu adalah mutlak.
Jangan dengan amat mudah mengubah pandangan hanya karena kagum pada kemampuan yang tampaknya luar biasa, ini adalah nasihat berikut yang diberikan oleh Sang Buddha kepada kelompok anak muda suku Kalama. Banyak orang yang mempunyai kemampuan sangat mengangumkan dengan kelakuan dan kemampuan nyata untuk melakukan hal-hal tertentu. Sebagai contoh, akankah anda secara membuta percaya bahwa gadis-gadis dalam iklan televisi yang menyatakan, bahwa anda akan menjadi cantik secantik dia, mempunyai gigi seindah dia, apabila menggunakan pasta gigi merek tertentu?
Tentu saja tidak! Anda tidak akan menerima begitu saja tanpa mencoba untuk menguji secara hati-hati tentang kebenaran ucapannya. Hal ini seperti apabila seseorang yang pandai berbicara mengetuk pintu anda dan secara gemilang menceritakan ‘kebenaran’. Mereka mungkin bercerita tentang banyak guru-guru agama, guru dan ahli-ahli meditasi. Mereka juga akan menambahkan suatu pernyataan yang dibesarkan tentang kemampuan guru mereka untuk mempengaruhi pikiran anda.
Jika anda secara membuta menerima apa yang dikatakan sebagai kebenaran, dengan pikiran dangkal anda akan percaya dengan gentar dan rasa takut, sebab anda sudah terpengaruh. Anda mungkin akan mengikuti kepercayaannya untuk beberapa waktu, namun pada suatu saat, anda akan menjadi ragu-ragu sebab tidak menerimanya sesuai dengan pengertian dan pengalaman. Secepat seorang guru yang pandai datang, kami akan membuang yang pertama.
Periksalah apa yang dikatakan oleh Sang Buddha. Renungkan bagaimana masuk akalnya, rasional, dan ilmiahnya ajaran Beliau;
“Jangan mendengar kepercayaan orang dengan membuta. Dengarkan dengan segenap perhatian, dengan pikiran yang terkonsentrasi, dan pikiran yang terbuka, tetapi sebaiknya jangan mengeluarkan pendapat pribadi dan keahlian anda ketika mendengarkan pembicaraan mereka. Mereka mungkin akan mencoba untuk membangkitkan emosi dan mempengaruhi pikiran seiring dengan kebutuhan duniawi untuk memenuhi hasrat anda. Tetapi mungkin maksud tujuan mereka bukan kepentingan menyatakan ‘kebenaran’.”
“Jangan menerima segala sesuatu karena pertimbangan ini adalah guru kami, ‘inilah nasihat terakhir dari Sang Buddha pada konteks ini. Pernahkah anda mendapatkan dari guru yang berguna, sayalah tuhan. Ikutilah saya, puja saya, berdoalah pada saya, bila tidak anda tidak akan diselamatkan’. Mereka juga berkata; ‘Kamu jangan memuja tuhan yang lain atau guru yang lain’.”
Pikirkan dan renungkan sejenak untuk mengerti apa sikap Sang Buddha dalam hal ini. Beliau berkata;
“Jangan secara membuta tergantung kepada gurumu.”
Beliau adalah penemu dari sebuah agama atau seorang Guru terkenal, tetapi secara tenang ‘menganjurkan’ anda sebaiknya tidak mengembangkan pikiran yang hanya baru sekali saja mendengar. Hal ini menunjukkan Sang Buddha sangat menghargai kemampuan seseorang dan menginginkan seseorang untuk menggunakan kebebasannya tanpa tergantung pada orang lain.
Sang Buddha berkata;
“Jadilah pulau pelindung bagi dirimu sendiri.”
Sang Buddha telah menyatakan kepada kita, bahwa Beliau hanyalah seorang guru yang telah mencapai Penerangan Sempurna, dan pengikut-Nya tidak perlu berlebihan untuk memuja-Nya. Beliau tidak pernah menjanjikan kepada pengikut-Nya, bahwa dengan mudah akan masuk surga atau mencapai Nibbana, jika secara membuta memuja-Nya.
Jika kita melaksanakan ajaran dari suatu agama hanya berdasarkan pada guru tersebut, kita tidak akan dapat merealisasikan kebenaran. Tanpa membuktikan kebenaran suatu agama yang kita anut, kita dapat menjadi korban dari kepercayaan membuta dan mengurung kebebasan berpikir; akhirnya kita hanya menjadi budak guru tertentu dan membenci guru yang lainnya.
Harus kita buktikan bahwa kita tidak tergantung pada orang lain untuk keselamatan diri kita sendiri. Tetapi kita harus hormat pada guru-guru agama yang tulus dan berjasa terhadap kebaikan. Guru-guru agama akan dapat mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan untuk memperkuat keselamatan, tetapi ingat, tidak seorang pun dapat menyelamatkan orang lain. Penyelamatan ini tidak sama dengan menyelamatkan orang yang berada dalam keadaan bahaya. Inilah pembebasan dari kekotoran batin dan penderitaan duniawi. Hal inilah yang menyebabkan mengapa kita harus bekerja sendiri untuk mencapai kebebasan atau persamaan; sebagaimana nasihat yang diberikan oleh guru-guru agama.
“Tidak ada seorangpun yang dapat menyelamatkan orang lain. Sang Buddha hanya penunjuk jalan.”
Dapatkah anda berpikir bahwa ada guru agama lain yang akan mengatakan hal-hal tersebut? Inilah kebebasan yang kita miliki dalam ajaran Sang Buddha.
Itulah sepuluh nasehat yang diberikan oleh Guru Agung junjungan kita Sang Buddha Gotama kepada kelompok anak muda suku Kalama, yang datang kepada Beliau dan bertanya;
“Bagaimanakah sikap yang benar untuk menerima sebuah agama, dan bagaimanakah caranya untuk memutuskan ajaran mana yang benar?”
Jangan menjadi manusia egois atau memperbudak orang lain; dan jangan melakukan sesuatu yang hanya menguntungkan seseorang saja, tetapi pertimbangkan manfaat bagi yang lainnya. Beliau berkata kepada mereka, bahwa mereka akan dapat mengerti apa yang telah ditunjukkan Beliau dengan pengalaman. Beliau juga berkata tentang berbagai ragam praktik dan kepercayaan, hal-hal tertentu baik bagi seseorang akan tetapi belum tentu baik bagi orang lainnya, sebaliknya hal itu baik bagi dia akan tetapi tidak untuk yang sedang istirahat. Sebelum anda melakukan sesuatu, sebaiknya anda mempertimbangkan apakah manfaat yang akan diperoleh.
Inilah petunjuk-petunjuk Sang Buddha yang harus dipertimbangkan sebelum menerima suatu agama. Sang Buddha memberikan kebebasan penuh untuk memilih agama, sebagaimana yang ditunjukkan sebagai pendiri kita.
Agama Buddha adalah sebuah agama yang mengajarkan kita untuk mengerti, bahwa manusia bukan untuk agama, tetapi agama untuk digunakan manusia. Agama dapat diibaratkan seperti sebuah rakit untuk menyeberangi sungai. Setelah tiba di pantai seberang, seseorang dapat meninggalkan rakit tersebut dan melanjutkan perjalanannya.
Seorang manusia sebaiknya menggunakan agama untuk kemajuan dirinya dan mencari kebebasan, kedamaian, dan kebahagiaan. Agama Buddha adalah sebuah agama yang dapat kita gunakan untuk hidup dengan penuh perdamaian, dan mengajak yang lainnya hidup damai pula sebagaimana yang kita rasakan.
Sambil mempraktikkan ajaran agama, kita juga harus bersikap hormat terhadap agama lain. Sulit memang menaruh rasa hormat kepada kepercayaan orang lain, dan sikap buruk terhadap keyakinan orang lain yang tampak ini harus dapat ditoleransi dengan tanpa mengganggu atau menghina agama lain. Banyak agama lain yang telah mengajarkan kepada pengikut-pengikutnya untuk mengambil sikap ini.