Selasa, 31 Agustus 2010

Kebaktian Dan Manfaatnya

Salah satu dari sepuluh perbuatan baik, yang di ajarkan oleh Sang Buddha adalah Veyyavaca (Berbhakti kepada nusa,bangsa dan agama. Berbhakti kepada nusa dan bangsa, dalam hal ini adalah turut melindungi, membela, mempertahankan dan memperjuangkan kemakmuran, demi nusa dan bangsa. Salah satu wujud nyata dari kontribusi kemakmuran demi nusa dan bangsa adalah dengan membayar pajak yang sejujurnya.

Didalam kitab suci Anguttara Nikaya III : 45, Sang Buddha menyabdakan : "Dengan harta kekayaan yang telah dikumpulkan dengan bersemangat, dengan cara yang sah dan tanpa kekerasan, seseorang dapat membuat dirinya bahagia, orang tuanya, istri dan anak anaknya, pelayan, bawahannya dan orang-orang lain juga bahagia dapat mempertahankan kekayaanya memberikan hadiah kepada sanak keluarga, tamu-tamu, arwah para leluhur dan para dewa. Membayar pajak dan memberikan persembahan kepada orang suci, untuk mengumpulkan pahala...."

Sebagai warga negara yang bertanggung jawab, sudah seharusnya kita berbhakti kepada nusa dan bangsa. Coba direnungkan barang sejenak, apakah yang bakal terjadi, jika seandainya kita hidup di dalam kekacauan, kerusuhan, ketidakdamaian dan kekerasan…..? Pasti sungguh menderita sekali akibatnya. Tanpa adanya bhakti yang mendalam terhadap nusa dan bangsa maka sifat memiliki (self of belongings) untuk melindungi, menjaga dan mempertahankan nusa dan bangsa, akan sirna segera. Jika kondisi ini sampai terjadi, maka penderitaan yang berkepanjanganlah, yang akan dirasakan.

Dan bagaimana pula, jika kita sebagai suatu individu yang beragama….? Tanpa adanya bhakti yang mendalam terhadap agama yang dianut maka sampai kapanpun, yang namanya kebahagiaan adalah bagaikan angan angan, yang berada di angkasa luar. Salah satu wujud bhakti umat Buddha, terhadap ajaran luhur Sang Buddha adalah dengan mau ikut berpartisipasi aktif, disetiap aktivitas Vihara/Cetiya, baik di hari-hari besar agama Buddha, maupun disetiap hari uposatha (kebhaktian). Umumnya, kita baru mau melaksanakan puja bhakti (kebhaktian) jika ada masalah-masalah yang tidak terpecahkan,tertimpa musibah, ingin mendapatkan berkahan ini dan itu, minta murah rezeki/umur yang panjang atau hanya sekedar formalitas, agar tidak dikatakan "atheis : tidak beragama". Jika dikarenakan oleh kondisi ini, kita baru mau ke Vihara/Cetiya, akan adakah manfaatnya…..? Sudah pasti tidak. Ini bisa diibaratkan dengan, setelah kehujanan (basah), baru menyediakan payung. Sebelum sakit, kesehatan tidak dijaga dengan baik, setelah sakit baru kedokter. Bukankah ini suatu hal yg sudah terlambat…? Singkatnya, jika ada masalah, Sang Buddha teringat tetapi jika lagi senang, Sang Buddha terlupakan. Inilah salah satu contoh dari :" moha : kebodohan".

Salah satu faktor yang menyebabkan, sampai timbulnya keengganan untuk mau ke Vihara/Cetiya, mungkin saja karena tidak dimilikinya pengertian yang baik, akan manfaat manfaat dari ke Vihara/Cetiaya. Sehingga timbul suatu pandangan salah, yang menyatakan bahwa ke Vihara/Cetiya itu, hanyalah membuang buang uang, waktu, tenaga dan perasaan (dicela atau disepelekan) saja. Apakah benar adanya bahwa ke Vihara/Cetiya, tiada manfaatnya sama sekali……? Nach, untuk lebih jelasnya, akan ada tidaknya manfaat manfaat ke Vihara/Cetiaya, marilah kita renungkan sesaat, uraian yang tertera dibawah ini. Kalau kita memiliki keseriusan dan keyakinan yang mendalam, di dalam pelaksanaan kebhaktian maka secara tidak langsung kita telah :



   1. Mengikis ke AKU an melalui pelaksanaan NAMASKARA.

         Pada dasarnya, kita ini termasuk manusia yang sombong dan angkuh. Mau tahu bukti nya…..? Disaat kita photo bersama dan setelah hasilnya didapatkan. Gambar siapakah yang pertama sekali dilihat…..? Pasti diri sendiri ! Mengapa bukan orang lain….? Inilah salah satu contoh dari ke Aku an. Contoh yang lainnya adalah apakah reaksi yang bakal timbul jika dikatakan cantik dan menawan…..?

           Pasti, bangganya luar biasa atau lupa diri barang sejenak. Dan bisa saja merasakan, seakan akan berada di angkasa, bagaikan burung yang terbang melayang layang kesana-kemari. Coba kalau kondisi sebaliknya yang terjadi, misalnya dikatakan jelek, jorok, menjengkelkan, kampungan, tidak bermoral dan membosankan. Reaksi apakah yang bakal timbul….? Pasti kesedihan yang berkepanjangan, bisa saja dicurahkan dalam wujud tangisan atau ratapan, yang ber episode lamanya. Baginya, hidup ini tiada artinya sama sekali. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak dan pikiranpun serba ruwet.

           Ini adalah kondisi kondisi yang umumnya, membelenggu bathin kita. Kalau di puji, gembiranya luara bisa, dan bisa saja sampai lupa daratan tetapi jika dicela, sedihnya pun tak terkirakan, baginya hidup ini, tidaklah berarti lagi. Ciri khas orang orang yang ke Aku an nya sangat menonjol adalah sedih dikala dicela dan gembira (bangga) kalau dipuji. Sang Buddha menyabdakan : "Bagaikan batu karang yang tak tergoncangkan oleh badai, demikian pula para bijaksana, tidak akan terpengaruh oleh celaan maupun pujian….."

           Jadi, bisa disimpulkan bahwa ke AKU an yang sangat menonjol, tidaklah berbeda dengan Si bodoh. Bodoh dalam hal ini adalah gampang (mudah) diombang ambing dan dipengaruhi, untuk mau melakukan perbuatan perbuatan, apapun juga. Selanjutnya, bagaimana caranya agar kita bisa menekan/mengurangi ke AKU an di Vihara/Cetiya…..? Caranya yaitu melalui pelaksanaan Namaskara (berlutut dan bersujud) sebanyak tiga kali, dihadapan Buddha rupang (Arca/patung Nya, Sang Buddha). Dalam hal ini, apakah kita menyembah-nyembah patung…? Pasti tidak ! Sang Buddha saja tidak kita sembah, apalagi patung Nya. Makna dari namaskara, merupakan salah satu wujud dari penghormatan dan rasa terima kasih kita, atas jasa jasa luhur Sang Buddha. Sikap namaskara, dalam hal ini, tidaklah difokuskan untuk menyembah nyembah patung. Semasa hidup Nya, Sang Buddha tidak pernah memperkenankan umat Nya, untuk menyembah nyembah beliau. Disetiap sabda Nya, Sang Buddha selalu menekankan bahwa cara penghormatan yang benar terhadap beliau adalah dengan melaksanakan Dharma (kebenaran) di dalam kehidupan yang nyata.

           Jadi adalah suatu anggapan yang salah dan fatal sekali, jika mengatakan bahwa umat Buddha menyembah-nyembah patung, di setiap kali kebhaktian. Sikap Namaskara/penghormatan umat Buddha di hadapan altar suci Sang Buddha, sama halnya dengan penghormatan, yang kita arahkan kepada bendera Merah Putih, yang merupakan lambang persatuan dan kesatuan negara Republik Indonesia. Umat Buddha menghormati dan menghargai bendera Merah Putih, juga atas dasar wujud terima kasih atas pengorbanan dan perjuangan para pahlawan terdahulu, dan demikan juga halnya dengan patungnya Sang Buddha. Pada waktu kita bernamaskara dihadapan altar suci Sang Buddha, disanalah kita merenungkan kembali, apalah artinya diriku ini jika tanpa bimbingan dan tuntunan Dharma (ajaran Nya Sang Buddha) Dari segi keagungan, aku sama sekali tiada artinya dibandingkan Sang Buddha, hidupku selalu terbelenggu oleh nafsu nafsu keduniawian, ingin makan yang enak, rumah yang indah, istri/suami yang cantik/gagah, ingin ini dan itu…akhirnya kabut avijja (ketidak tahuan) semakin tebal menyelimuti diriku…. Hanya, Sang Buddhalah yang bisa menerangi diriku agar terlepas dari "dukkha : derita" yang mendalam ini. Dengan selalu mengadakan perenungan perenungan ini, maka tanpa disadari, kita telah belajar menekan ke AKU an, yang begitu kentalnya, melekat di hati sanubari. Itulah salah satu manfaat yang di peroleh di Vihara/Cetiya.

    
    2.

    Mendapat perlindungan melalui pembacaan PARITTA/MANTRAM suci.

      
      Setelah kita ber namaskara (berlutut dan bersujud), tahapan selanjutnya adalah kita ikut serta di dalam penglafalan/pengumandangan Paritta Paritta/Mantram Mantram atau Sutra Sutra suci. Secara garis besarnya, Paritta berarti perlindungan. Kalau kita menglafalkan Paritta dengan penuh ketenangan dan konsentrasi serta memancarkan getaran getaran cinta kasih, ke segala penjuru demi kebahagiaan semua makhluk. Maka dalam hal ini, kita telah membuat suatu perlindungan yang sejati, baik melalui pikiran, ucapan maupun tindakan badan jasmani. Pembacaan Paritta Paritta/Mantram Mantram suci, akan bisa meredakan dan menghilangkan sifat negatif dari diri kita, misalnya : membenci, serakah maupun irihati.

      
      Dan semua isi dari Paritta Paritta/Mantram Mantram suci, hanya berpondasikan pada cinta kasih dan kasih sayang, untuk semua makhluk hidup, tanpa diboncengi oleh unsur diskriminasi. Dengan berhasilnya kita mengakhiri sifat-sifat jahat, maka kehidupan ini akan senantiasa dipenuhi oleh perbuatan-perbuatan baik.Terhindari dari perbuatan perbuatan jahat, sama artinya, hidup dengan penuh kedamaian dan ketentraman. Hidup yang dipenuhi oleh kedamaian dan ketentraman, akan mencegah tercetusnya karma karma jelek.

      

      
   3.

      Keterangan pikiran melalui MEDITASI (Pengkonsentras-an / Pengontrolan Pikiran).

      
      Umumnya, disetiap kali kebhaktian di Vihara/Cetiya, setelah mengumamdangkan Paritta Paritta /Mantram Mantram suci, akan dilanjutkan dengan pelaksanaan "Metta Bhavana : Meditasi Cinta Kasih . Ditahapan ini, kita dilatih untuk mengkonsentrasikan pikiran pada hal hal yang baik, setelah itu dipancarkan kembali ke segala penjuru, baik kepada kedua orang tua yang dicintai, saudara/ri sedharma, semua manusia, dan semua makhluk (hewan), baik yang terlihat maupun tidak terlihat (misalnya : setan), dengan hanya satu doa dan pengharapan yang tulus ""Semoga semua makhluk hidup, hendaknya senantiasa hidup di dalam kedamaian,ketentraman dan kebahagiaan " Adanya kemampuan untuk mengkonsentrasikan pikiran ke hal-hal yang baik, merupakan kunci utama bagi diri kita agar terbebaskan dari lingkaran derita. Orang yang memiliki ketenangan pikiran, tidak akan pernah merasa kecewa, frustasi, stress ataupun minder.Sang Buddha menyabdakan bahwa pikiran sangatlah dominan, menentukan bahagia tidaknya kehidupan kita ini. Di dalam kitab suci Dhammapada Citta Vagga III : 39, Sang Buddha bersabda : " Orang yang pikirannnya teguh, yang tiada tergoyahkan oleh nafsunya, yang tidak terangsang oleh kebencian, akan dapat mengatasi segala macam kejahatan dan kebaikan. Orang yang ulet dan sadar seperti itu, tiada lagi ketakutan yang akan menimpanya……." Itulah manfaat besar dari pelaksanaan meditasi yang benar dan baik, baik di Vihara maupun Cetiya. Manfaat-manfaat lain atas kemampuan meditasi, sebenarnya cukup banyak. Tetapi yang terpenting adalah orang yang mampu bermeditasi, tidak akan bisa di pengaruhi oleh orang-orang bodoh (hidup selalu diliputi oleh penderitaan karena ketidak-mampuan, membedakan mana yang baik dan salah), untuk mau melakukan perbuatan perbuatan tercela. Hidupnya akan senantiasa stabil dan tak tergoncangkan, baik ditimpa kemalangan maupun meraih kebahagiaan.

      

      
   4.

      Bertambah kebijaksanaan setelah DHARMASAVANA (mendengarkan khotbah Dharma)

      
      Kebhaktian yang lengkap adalah selain adanya pembacaan Paritta Paritta atau Mantram Mantram suci dan meditasi, juga diisi dengan dharmasavana (Pembabaran Dharma atau penguraian ajaran ajaran luhur Sang Buddha). Ada empat manfaat yang bisa dipetik, disaat mendengarkan kotbah dharma. Pertama disebut dengan Assutam Sunati.

      
      Dapat mendengar dharma, yang sebelumnya belum tahu. Disini, terbukalah mata bathin kita bahwa yang dimaksud dengan dharma (kebenaran) adalah ini dan Adharma (bukan kebenaran)adalah itu. Dengan dimilikinya pengetahuan akan inilah kebenaran dan itulah ketidakbenaran, maka peluang untuk terjerumus ke liang dukkha (derita), persentasenya adalah nol koma nol nol nol persen. Disaat ini, kita sudah tahu, mana yang seharusnya di hindari dan mana yang seharusnya dilaksanakan, apa yang di maksud dengan perbuatan baik dan jahat, serta mana yang salah dan mana yang benar.

      
      Kedua disebut denganSuttam Pariyodapati. Setelah mengerti dharma (kebenaran) yang telah didengar maka kesalahpahaman yang terjadi selama ini, akan tersirnakan segera. Sebelumnya, mungkin saja kita beranggapan bahwa ke Vihara/Cetiya, tiadalah manfaatnya sama sekali, tetapi setelah dimilikinya pengertian benar ini, maka anggapan atau pandangan salah tersebut, sirnalah sudah. Dalam hal ini, dengan dimilikinya pengertian benar ini, juga akan memotivasi diri kita agar semakin giat dan ulet, di dalam penimbunan penimbunankebajikan.

      
      Ketiga disebut dengan Kankham vihanati.Di tahapan ini, keragu-raguan akan kebenaran Dharma, telah berhasil disingkirkan. Dalam hal ini, belenggu bathin (keragu-raguan) akan kebenaran Dharma, sudah terhapuskan sehingga setiap pikiran, ucapan maupun tindakan badan jasmani, telah terfilter dengan baik. Kita tak akan pernah kecewa, sedih ataupun sakit hati, seandainya dicela ataupun tidak di hargai. Mengapa..? Karena kita telah menyadari dengan baik bahwa kondisi apapun yg terjadi, tidaklah terlepas dari pada karma, yang sudah seharusnya diterima.

      
      Keempat disebut dengan Ditthim Ujum Karoti. Ditahapan ini, kita telah memiliki pandangan hidup yang benar. Dengan dimilikinya pandangan hidup yang benar, maka kita akan mampu melihat segala sesuatu, atas dasar apa adanya. Dan disaat memutuskan suatu prihal, tanpa lagi diboncengi oleh unsur kemelekatan. Dalam hal ini, kebijaksanaan sudah mulai meningkat. Hidup pun akan semakin semangat dan tidak akan pernah terpengaruh oleh hasutan maupun gosipan. Kelima disebut dengan Cittamassa Pasidati. Di tahapan ini, pikiran sudah terbersihkan dari kekotoran bathin. Kalau pikiran sudah terkontrol dengan baik maka segala tindakan maupun perbuatannya, tidak akan pernah lagi, menimbulkan penyesalan maupun penderitaan, bagi makhluk manapun yang ada di sekitarnya.

      
      Sang Buddha menyabdakan : " Orang yang dapat menghayati Dharma, hidupnya berbahagia, pikirannya selalu tenang dan seimbang. Seperti halnya orang bijaksana, yang selalu gembira dalam menghayati Dharma, yang di babarkan oleh para Ariya".

      

      
   5. Bebas dari kemelekatan (keserakahan) melalui DANA PARAMITA.

      
      Didalam kitab suci Dhammapada Tanha Vagga XXIV : 338, Sang Buddha menyabdakan : "Sebatang pohon yang telah di tebang, masih akan dapat tumbuh dan bersemi lagi, apabila akar-akarnya masih kuat dan tidak di hancurkan. Begitu pula selama akar nafsu keinginan tidak dihancurkan maka penderitaan, akan tumbuh berulang kali". Dengan adanya pelaksanaan Dana Paramita (beramal) di Vihara/Cetiya, kita diajarkan untuk melepaskan kemelekatan, yang terdapat pada diri kita. Kemelekatan akan keduniawian ini jika sedikit demi sedikit dilatih atau dikikis, melalui pelaksanaan dana paramita maka akhirnya, kehidupan ini akan terbebas dari belenggu keserakahan. Adanya kemampuan untuk mau berdana dengan benar, tanpa paksaan serta ikhlas, secara tidak langsung, kita sudah menekan lobha (keserakahan) yang selama ini, membelenggu bathin kita. Orang yang telah terlepas dari belenggu (kemelekatan) duniawi, akan mampu (bisa) menikmati kehidupan ini dengan penuh kebahagiaan.

      

    Kesimpulan :
    
    Dengan demikian, secara garis besarnya, terdapat lima manfaat yang bisa raih, jika kita rutin di dalam pelaksanaan kebhaktian. Manfaat manfaat tersebut adalah:

    

  1. Mengikis ke AKU an melalui pelaksanaan namaskara. Ditahapan ini, kita diajarkan untuk senantiasa rendah hati, tidak angkuh/sombong, serta memiliki keluhuran budi. Orang yang tidak sombong/angkuh akan selalu di cintai dan di hargai, di manapun dia berada. Hidupnya akan selalu terlindung, akibat dari kemuliaan sifat yang dimiliki.
  2. Mendapatkan perlindungan sejati, melalui penglafalan Paritta Paritta/Mantram Mantram suci
  3. Pikiran menjadi tenang dan terkontrol dengan baik melalui pelaksanaan meditasi. Pikiran yang terkontrol dengan baik, tidak akan bisa tercemari oleh niat niat jahat. Terbebaskan dari niat niat jahat, itulah kebahagiaan yang sesungguhnya.
  4. Kebijaksanaan akan meningkat, melalui rutinnya mendengar dharma (dhammasavana). Orang bijaksana di dalam tutur kata maupun tindakannya, tidaklah akan menimbulkan kerugian maupun penderitaan, bagi siapapun juga. Dia bagaikan pelita yang menerangi kegelapan.
  5. Bebas dari kemelekatan, melalui pelaksanaan dana paramita. Orang yg bebas dari unsur kemelekatan, tidak akan frustasi atau kecewa, dikala tertimpah musibah maupun kemalangan. Kemelekatan akan apapun juga, itulah pencetus timbulnya dukkha (derita) yang sesungguhnya.

Senin, 30 Agustus 2010

Mette in Yourself

See Yourself in Others
All being tremble before violence.
All fear death. All love life.
See yourself in other.
Then whom can you hurt? What harm can  you do?
He who seeks happiness, by hurting those who seek happiness.
Will nevwr find happiness,
For you brother is like you. He wants to be happy. Never harm him.
You too will find happiness. Inthis life. And after you leave this life

Minggu, 29 Agustus 2010

MAKALAH SMA X TANAMAN ANGGREK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Tanaman anggrek banyak digunakan oleh orang-orang sebagai tanaman hias untuk memperindah taman ataupun pekarangan rumah dan jika dijual harganyapun cukup tinggi. Akan tetapi dewasa ini sering ditemukan hama dan penyakit yang menyerang anggrek sehingga merusak keindahannya. Hakl ini memotivasi penulis untuk mencari cara untuk mengatasi gangguan hama penyakit tersebut.
Oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul “Cara Mengatasi Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Anggrek”

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja hama dan penyakit menyerang tanaman anggerek?
1.2.2 Bagaimana cara mengatasi gangguan hama dan penyakit tersebut?
1.2.3 Bagaimana cara memelihara tanaman anggrek?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Membuat anggrek terhindar dari hama dan penyakit
1.3.2 Memudahkan budidayakan tanaman anggrek.

1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Mengetahui cara – cara mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman anggrek
1.4.2 Mengetahui cara memelihara tanaman anggrek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KAJIAN TEORI

2.1 Anggrek
2.1.1 Pengertian Anggrek
Adalah tanaman yang merupakan salah satu tanaman hias yang banyak penggemarnya tanaman ini sangat beragam baik warna, bentuk, ukuran dan motifnya tergantung dari jenisnya.
Kondisi iklim di Indonesia sangat memungkinkan untuk menanam anggrek. Hal ini terbukti dengan banyaknya jenis anggrek yang berasal dari Indonesia.
Tanaman anggrek mempunyai nama lokal. Oleh karena itu untuk keseragaman pemberian nama tumbuhan dal ilmu pengetahuan (nama ilmiah) mengguanakn bahasa latin berdasarkan binomial homenclature yaitu tata nama ganda. Cara ini dipelopori oleh Lineus sejak tahun 1750 namanya Anggrek terdiri dari 2 kata yaitu genus dan spesies.
Genus dan spesies adalah hasil dari persilangan tanaman anggrek-anggrek lain (hibrid). Seperti Ascocentrum x vanda = Ascocenda (bigenetik)

2.1.2 Jenis dan Suhu Anggrek
- Dendrobium siang (210-240C) malampun begitu
- Phalaenopsis siang (240-270C) malam (150-210C)
- Vanda siang (190-250C) malam (150-240C)
- Oncidium siang (240-320C) malam (150-240C)
- Cattleya siang (240-270C) malam (150-210C)
- Anggrek terrestrial terkena cahaya matahari penuh 100%
- Anggrek efifit membutuhkan ruangan cahaya sekitar 25 – 65 %

2.1.3 Habitat Angggrek
Anggrek atau Orchidaceae merupakan salah satu family bunga-bungaan yang peling besar jumlahnya tanaman ini sering dijumpai hamper setiap tempat didunia. Seperti anggrek ada yang tumbuh dihutan-hutan tropik yang gelap. Lereng – lereng terbuka batu-batu karang terjal, melekat di batu-batu di daerah pantai dengan garis pasang surut tinggi, tepi gurun pasir, kaki gunung Himalaya dan adapun dijumpai di daerah Artic.
Dengan garis besar tempat tumbuh dan habitat anggrek di bagi-bagi 2 kelompok besar yaitu jenis anggrek epifit dan terrestrial.
2.1.3.1 Anggrek Epifit
Hidupnya menumpang pada tanaman lain tanpa merugikan tanaman yang ditumpangi dan membutuhkan ruangan dengan intensitas cahaya matahari yang kurang atau tidak secara langsung.
2.1.3.2 Anggrek Terestrial
Hidup dipermukaan tanah dan membutuhkan ruangan cahaya matahari secara langsung atau penuh.
2.1.3.3 Anggrek Saprofit
Yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering yang telah busuk dan membutuhkan ruangan yang sedikit cahaya
2.1.3.4 Anggrek Litofit
Anggrek yang tumbuh pada batu-batuan tahan terhadap cahaya matahari penuh

2.2 Hama dan Penyakit
2.2.1 Hama
 Tungau (Mites)
 Trips
 Aphid
 Siput dan keong kecil
 Semut
 Ulat
 Kumbang gajah
2.2.2 Penyakit
 Busuk hitam
 Busuk akar
 Bercak daun
 Bercak bunga
 Layu fusarium
 Penyakit antaranosa
 Penyakit karat
 Bercak coklat
 Busuk lunak
 Busuk coklat


BAB III
METOPOLOGI PENELITIAN
3.1 Instrmen Penelitian
3.1.1 Alat
 Parang
 Cangkul
 semprotan
3.1.2 Bahan
 Tanaman anggrek
 Insektisida
 pupuk
3.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Pilih tanaman

Beri perawatan
(siram, diurus, diberi pupuk dan membasmi hama)


Pembahasan hasil


Kesimpulan
3.3 Jadwal Penelitian

Pemberian pupuk melalui daun tanaman anggrek sebaiknya pada sore hari 17.00 dan paginya diberi lagi sekitar pukul 06.00 dengan alat penyemprot pupuk.


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

4.1.1 Hama
 Serangga
 Tungau (mites)\
 Trips
 Kutu perisai (scale insect)
 Aphid
 Siput dan keong kecil
 Semut
 Ulat dan tikus, jamur
 Kumbang gajah

4.1.2 Penyakit
 Busuk hitam (disebabkan fungi Pythium ultimum)
 Busuk akar (disebabkan fungi Rhizoctonia)
 Bercak daun (disebabkan fungi Cercospora dendrobii)
 Bercak bunga (disebabkan fungi Botrytis cinerea)
 Layu fusarium (disebabkan fungi Fusarium oxysporum)
 Penyakit antaranosa (disebabkan fungi Colletotrichum gloeosporum)
 Penyakit karat (disebabkan fungi Oredo sp)
 Bercak coklat (disebabkan bakteri Psedomonas sp)
 Busuk lunak (disebabkan fungi Erwinia carotovora)
 Busuk coklat (disebabkan fungi Erwinia cypripedii)



4.1.3 Cara mengatasi hama dan penyakit yang menyerang anggrek
Untuk mengatasi hama dan penyakit dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

4.1.3.1 Mekanik
Adaalah cara yang dilakukan bila terserang hama dan penyakit masih dalam jumlah terbatas contohnya cara mekanik untuk kumbang gajah dilakukan dengan cara di jepit dengan jari tangan pada pagi dan sore hari lalu dimusnahkan.

4.1.3.2 Sanitasi
Adalah dengan cara membersihkan lingkungan terutama dari sampah dan gulma dapat mengurangi keberadaan keong.

4.1.3.3 Kimiawi
Adalah dengan menggunakan racvun pestisida yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan oragnisme. Penggangu tanaman yang akan mengatasi antara lain insektisida untuk mengatasi hama serangga akarisida untuk mengatasi hama tunmgau, molusida untuk mengatasi hama keong, fungisida untuk mengatasi cendawang dan penyakit yang menyerang anggrek yang disebabkan oleh jamur. Dan isektisida untuk mengatasi bakteri hama dan penyakit yang menyerang anggrek yang disebabkan oleh bakteri.

4.1.4 Cara memelihara tanaman anggrek
Cara memelihara tanaman anggrek diantaranya :
4.1.4.1 Cara menyiram tanaman anggrek
Air diperlukan tanaman anggrek pada umumnya untuk membutuhkan penyiraman air yang banyak karena kalau kebanyakan air dapat menyebabkan akar tanaman menjadi busuk dan rusak. Dan kalau yang terlalu basah dapat merangsang pertumbuhan bakteri menyebabkan busuk hitam dan busuk lunak. Penyiraman yang baik dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit (sekitar pukul 06.00 – 07.00) dan sore hari sesudah matahari terbenam (sekitar pukul 17.00 – 18.00).


4.1.4.2 Cara memberi pupuk pada tanaman anggrek
Pupuk sebaiknya digunakan untuk tanaman anggrek pada umumnya berupa pupuk majemuk seperti Hyponek, Vitabloom, Bayfolan gandasi, pokon, Greenzit dan Bekastar. Pupuk yan mengadung unsure hara makro dan unsure mikro. Cara pemupukannya yang efektif adalah melalui daun. Yaitu dengan penyemprotan pupuk keseluruh bagian tanaman terutama bagian bawah permukaan daun.
Karena daun mampu menyerap sebagian besar pupuk yang diberikan dan pupukpun dapat diberikan dengan cara pupuk di larutkan kedalam air diberikan kedalam pot dan kontak langsung dengan ujung akar saja yang diambil oleh tananman sementara sisanya tetap berada dalam pot atau jatuh mengalir kebawah. Pembnerian pupuk melalui daun pada tanaman anggrek sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 – 07.00 dan sore 17.00 – 18.00 hal ini disebabkan pada siang hari tidak efektif karena stomata pada tanaman menutup sehingga pupuk terbuang sia-sia dan diletakan pada tempatnya masing – masing menurut jenis tanamnya.

Dan adapun tips merawat tanaman setelah berbunga :
 Potong tangkai bunga yang telah layu
 Beri pupuk NPK dengan kadar N tinggi
 Setelah tunas muda muncul beri pupuk NPK berimbang
 Setelah tunas muda berkembang sempurna beri pupuk NPK
 Perhatikan fotosentesis tiap tanaman


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Tanaman anggrek merupakan tanaman banyak penggemarnya dan mudah ditemukan di daerah Indonesia karena di Indonesia banyak berkembang karena beriklim tropic dan terdapat tempat-tempatseperti lembah – lembah dan lereng yang terbuka, batu – batu karang terjal. Adapun kesulitan memeliharanya dalam penyiramannnya karena kalu tidak dengan aturan yang pas maka dapat menyebabkan perkembangan hama dan bakteri. Oleh sebab itu dalam pemeliharaan kita harus berhati-hati melaksanakan segala aturanya.

5.2 Saran
Dalam membudidayakan tanaman anggrek petani anggrek hendaknya lebih memperhatikan cara perawatan tanaman agar anggrek bias tumbuh dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Darmono, Dyah widiastoety.2005. Agar Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta :
Penebar Swadaya
Darmono, Dyah widiastoety.2005. Permasalahan Aggrek Dan Solusinya. Jakarta :
Penebar Swadaya
www. Google com.2010. Budi Daya Tanaman Anggrek. Diakses tanggal 14 Agustus

KUMPULAN SAIR DAN KATA CINTA DARI QU

dimana letak kasih sayang jikah tiada keiklasan
diamana letak kehidupan jika tiada perasaan
cinta tak lebih sepenggal dusta
cinta tak lebih penghianat rasa..
cinta adalah awal dri kemunafikan kita,,
waspadai cinta karena dia buta dan telah siap membutakan mata bathin kita
sendiri,,

tiada satupun cinta yng abadi kecuali cinta kepada sang pencipta….
saat2yg menyatukan kita, lebih agung ketimbang hitungan2 hari .. cahaya yg menyinari
jiwa kita, lebih kuat dari pekatnya kegelapan .. bila prahara memisahkan kita
di samudera yg murka ini .. maka ombak akan mempersatukan kita di pantai yg
tenang .. bila kehidupan ini membunuh kita .. maka kematian akan menyatukan
kita kembali ..